Gara-gara Make-up


SMA Pelita, tempat Ana bersekolah, lagi nge-trend banget yang namanya ke sekolah pake make-up. Jarang sekali anak SMA Pelita yang datang ke sekolah tanpa menggunakan make-up alias natural. Ana pun ingin ikut-ikutan seperti Andien, anak yang paling ngikutin trend disekolahnya.
Suatu saat, ada promo make-up di dekat sekolahnya, selain harganya murah dan terjangkau, Dan... bisa buat kulit makin putih dan cantik.  Siapa yang tidak tertarik? Semua anak tertarik untuk membeli make-up itu. Selain Ana dan Andien tentunya. Andien hanya tertarik membeli make-up yang mahal-mahal saja.Ya, Andien memang  termasuk orang kaya di sekolahnya.
Sedangkan Ana? Dia hanyalah anak sederhana yang Cuma ikut-ikutan mode supaya gak ketinggalan. Tapi, Ana masih pikir-pikir untuk membeli barang yang sebelumnya belum pernah dia coba itu. Dia masih takut untuk membelinya.
Tapi, rasa ingin tahunya muncul. Ana membeli produk tersebut dengan harga yang murah. Awalnya, Ana hanya membeli lipbalm dengan warna yang soft dan sederhana. Tapi, lama-kelamaan dia membeli bedak, maskara, sampai krim pemutih kulit. 
Ibunya sangat bingung, tidak biasanya, Ana memakai make-up ke sekolah. Saat ditanya, Ana malah menjawab “Ibu, ini lagi nge-trend di sekolahku. Gak mungkin kan, aku gak ngikutin setiap trend yang ada di sekolah. Apa ibu mau anak ibu ini jadi anak yang ketinggalan jaman di sekolah?” Selalu itu yang dijawabnya.
Ana terus menghabiskan uangnya untuk membeli alat make-up nya. Ibunya semakin khawatir, anak semata wayangnya itu boros hanya karena mengikuti trend yang tidak begitu penting. “Ana, sampai kapan kamu mau menghamburkan uang untuk hal-hal seperti ini?” tanya Ibu lembut sambil menatap anaknya. “Ibu, Ana juga gak mau kayak gini, TAPI AKU HARUS NGIKUTIN TREND BU!” ucapnya sambil meninggalkan ibunya.
 Semakin lama sikap Ana semakin aneh dan tidak biasa. Kamarnya penuh dengan alat-alat make-up. Sepulang sekolah, Ana membeli krim pemutih yang berbeda merk dari yang sebelumnya. Harganya bahkan lebih murah. Ana memakainya setiap malam sebelum tidur.
Suatu malam, Ana terbangun dari tidurnya. Mukanya terasa sangat gatal sekali. Dia menggaruknya, saat melihat wajahnya di depan kaca, dia langsung menjerit. “AAAAA!!! IBUUU!!!” jeritnya kencang membangunkan seisi rumah. “Aduh... Adaapa Ana? Malam-malam jangan teriak-teriak! malu lho kedengeran tetangga! Ada apa? Ada hantu?” tanya ibunya bingung. “Ya ampun sayang, apa yang terjadi sama muka kamu?” tanya ibu lagi. “Ibu... muka Ana gatel banget... Ana mau ke dokter kulit...” ucap Ana sambil menggaruk wajahnya. “Aduh.. Ibu lagi gak punya uang nak, jangan sekarang ya.” Ucap Ibu. “Ibu mau Ana kesakitan gini? Bu, besok kan ayah pulang dari Bandung.” Sahut Ana. “Oke, Ibu akan minjem uang ke tetangga. Nanti siang kita berangkat.” Ucap Ibu menenangkan.
Ana menangis di kamarnya, dia tidak mau ke sekolah. Dia malu karena mukanya menjadi merah-merah. Setelah mendapat pinjaman uang, Ibu langsung membawa Ana ke dokter. Kata dokter, kulit Ana memerah karena alergi. Tak lain dan tak bukan adalah alergi krim pemutih yang di belinya kemarin. Dokter bilang untuk menghilangkan merah-merah di kulit butuh waktu yang cukup lama. Tidak bisa langsung hilang begitu saja walaupun sudah diberikan salep wajah.
Sepulang dari dokter, Ana terus-menerus mengurung diri di kamarnya. Dia malu untuk keluar kamar, apalagi untuk keluar rumah. Keesokan harinya, Ana ragu untuk ke sekolah. “Apa yang akan Andien bilang? Pasti aku bakalan diejek...” pikir Ana. Ana tidak mau berangkat sekolah. Setelah dipaksa, baru ia mau.
Sesampainya di sekolah, semua orang memerhatikannya. Dia terus menutupi wajahnya setiap lewat. “hey.. hey hey... tunggu-tunggu. Ngapain lo nutup-nutupin muka lo gitu?” tanya Andien saat Ana lewat didepannya. “Mmm... gak papa kok.. gak papa..” jawab Ana panik. Andien menarik saputangan yang menutupi wajah Ana. “Hahaha... Performance baru ya? Mukanya merah-merah gitu! eww... Pergi lo sana!” usir Andien jahat.
 Ana menangis dan terus menangis. Sampai di rumah pun ia masih menangis. Ana menyesal telah mengabaikan ucapan ibunya. Sekarang dia kena akibatnya sendiri. Dia meminta maaf kepada ibunya. Dan menceritakan semua kejadian di sekolahnya. Ibu memaafkannya dan menasihatinya agar tidak mengulang kejadian itu lagi. Dan, sejak saat itu, Ana selalu patuh kepada orangtuanya terutama ibunya.

Komentar

  1. Makanya, jangan pake make up Waf...

    BalasHapus
  2. hahaha, inibukan kisah nyata, ini boongan, cuma cerita doang kok :D

    BalasHapus
  3. Tulisan putri Pak Hafit keren ya :)
    Keep writing, biar bisa kayak http://www.asmanadia.net/

    Walau sudah bagus, bisa juga belajar nulis di http://www.jonru.net biar tambah keren

    BalasHapus
  4. Iya... Terimakasih saran dan pujiannya ya pak/bu...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpiku untuk Bumiku

Love Story