Love Story


Cinta,  mungkin kata-kata yang tak asing bagi kalian. Karena kata-kata itu, selalu hinggap disetiap jalur kehidupan kita, datang dan pergi dengan mudahnya. Cinta memang selalu datang tiba-tiba, tidak mengenal waktu dan umur, tidak juga mengenal apa dan siapa, kaya atau miskin, sehat atau sakit, tua atau muda, semuanya pasti pernah merasakan cinta. Bisa dibilang, orang yang tidak pernah merasakan cinta seumur hidupnya adalah orang yang tidak normal.
Cinta memang begitu rumit, banyak rintangan juga kebahagiaan didalamnya. Cinta juga sulit untuk ditebak, terkadang datang begitu saja. Bahkan  kadangkala kita tidak tau mengapa cinta itu bisa datang. Kalau berbicara tentang cinta pun, tidak akan ada habisnya.
~~~
Pernah aku mencintai seseorang, aku menyayanginya dengan sepenuh hatiku. Diapun begitu. Namun, tak mungkin bagi kami untuk menjalani hubungan bersama. Akhirnya, aku dan dia hanya bersahabat. Kami bersahabat dengan baik. Bercanda bersama, saling berbagi, dan hanya berpegang pada kesetiaan.
Suatu saat, aku menuliskan inisial namanya di label, lalu menempelkan label itu di pohon. Aku melihat label itu setiap aku lewat. Aku memandanginya sambil tersenyum, berharap bahwa label itu melekat di pohon itu selamanya. Sama seperti kesetiaanku padanya.
Aku selalu menyempatkan diri untuk bermain sambil mengobrol bersama di sebuah taman. Taman itu cukup indah, aku biasa bermain ayunan bersama dia disana. Taman itu menyimpan banyak kisah cintaku dengannya. Setiap pulang dari taman, aku selalu tersenyum-senyum sendiri sepanjang jalan. Ternyata benar kata orang, cinta memang bisa membuat orang yang waras menjadi gila, begitupun sebaliknya. Aku baru menyadari bahwa kekuatan cinta dapat mengalahkan apapun, kecuali kekuatan Allah tentunya.
Tahukah kau teman? Aku tidak pernah mencintai seseorang sampai seperti ini. Seakan-akan dia yang mengenalkan “cinta” kepadaku. Semenjak aku mengenal dia, hidupku seakan penuh warna. Dan aku merasa seakan hidup kembali. Aku merasa hidupku lebih berarti. Setiap waktu, aku selalu berharap dia akan selalu setia padaku seperti aku setia kepadanya. Setiap saat, aku berdoa kepada Allah agar cintaku dan dia abadi. Aku tak ingin kehilangan dia. Aku tak mau menyakiti perasaannya.
 Teman, kalau kau tahu, menjaga cinta agar tetap utuh tak semudah yang kau bayangkan. Penuh rintangan dan halangan. Dan kita, harus mengatasi halangan dan rintangan itu dengan ketulusan. Bisa dibilang, jangan coba-coba bermain-main dengan cinta atau kau akan tahu akibatnya. Cinta bisa jadi semakin menyakitkan dan membunuh jika tidak bisa dikendalikan. Dan, aku berharap itu tidak terjadi padaku, karena aku yakin, aku sudah memberikan yang terbaik untuknya.
Persahabatan kami kian membaik. Kami saling menyayangi. Beragam rintangan dan halangan yang menggebu kami selesaikan dengan baik-baik. Sejauh ini, semuanya baik-baik saja. Sampai suatu saat...
Keadaan berubah ketika ada yang mencintainya dengan terang-terangan, tanpa menyadari keadaanku saat itu. Disaat aku sedang kehilangan kontak dengannya, karena aku harus berkonsentrasi dengan ujian yang harus kuhadapi seminggu yang akan datang. Wanita itu mencintainya, saat aku sedang tidak bisa memberikan kasihku untuknya. Disaat hatinya sedang kosong karena aku tinggalkan untuk sementara.
Aku pikir dia paham, aku tidak bisa menemaninya hanya untuk sementara waktu, tapi tidak untuk selamanya. Tapi kurasa tidak, dia mulai meninggalkanku semenjak dia semakin dekat dengan wanita itu. Dan kurasa, dia mulai mencintai wanita itu. Dan ternyata aku benar. Tanpa sepengetahuanku, mereka telah menjalin hubungan bersama. Bagiku, bumi seakan terlepas dari orbitnya dan dunia seakan terbelah menjadi dua bagian. Hatiku hancur, namun, apa boleh buat, semuanya sudah terjadi. Aku baru mengetahui tentang hubungan mereka setelah salah satu sahabatnya memberitahuku.
Awalnya aku tidak percaya, karena aku tahu, dia mencintaiku. Namun kabar itu bukan kabar burung belaka, dia mengakuinya. Mengakui bahwa dia telah menjalin hubungan bersama wanita itu. Aku tidak percaya bangunan kepercayaan yang sudah kususun untuknya seakan runtuh oleh tiupan angin begitu saja. Untaian kesetiaan yang sudah kujalin dengannya seakan putus hanya karena terkena setetes air. Semuanya seakan lenyap bagiku, karena dia, dia telah menjadi milik orang lain sekarang. Aku sudah tidak mungkin lagi untuk memilikinya. Aku percaya bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Namun, bagaimana jika dia telah dimiliki orang lain? Akankah aku memilikinya suatu saat nanti?
 Optimis, itu yang kulakukan untuk menanggulangi perasaanku saat ini. Aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa suatu saat nanti, dia akan kembali padaku, jika memang aku sudah ditakdirkan untuk bersamanya. Namun aku mulai pesimis melihat dia semakin dekat dengan wanita itu. Dan aku semakin merasa bahwa wanita itu merebut orang yang kusayang dengan cara yang menyakitkan.
Aku semakin jauh dengannya. Dan aku merasa bahwa dia menghindar dariku dan menjauhiku. Tapi ternyata itu hanya perasaanku saja. Dia tetap mencoba dekat denganku namun akulah yang menghindar. Entahlah, aku sendiri tak tahu kenapa ketika dia melihatku yang terpikir di kepalaku hanya satu, lari atau sembunyi. Aku marah padanya namun tak mungkin bila aku memaksakan perasaannya. Dia anak yang baik, aku tahu itu. Tapi mengapa dia tega membiarkan aku seperti ini? Mengapa dia tidak terus terang kepadaku ketika dia baru memulai hubungannya dengan wanita itu? Kenapa dia tidak jujur dari awal? Bukankah jujur diawal lebih baik?
Jika mengingat persahabatanku dan kenangan-kenangan indah bersamanya aku selalu menangis. Menangis dan berharap kejadian itu bisa terulang kembali. Namun, kadangkala aku menyesal. Mengapa Allah mengenalkan aku dengan dia? Aku yakin, Allah mengenalkan aku agar aku bisa bertindak lebih dewasa. Tapi, haruskah seperti ini? Dalam hati ku, aku berucap; “Jika aku bisa memutar waktu kembali, aku akan menghapus kenangan indahku bersamanya. Aku akan menghapus dia dari hidupku.”
Aku percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Aku percaya bahwa aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan jika Allah menghendaki. Aku percaya bahwa Allah telah mengatur jalur percintaanku. Mungkin memang sudah takdir, mungkin Allah berkehendak lain, atau mungkin Allah telah menyiapkan orang yang lebih baik untukku.
Berhari-hari aku merenungkan itu semua, merenung dan merenung. Semangat hidupku seakan redup tertiup angin. “Apa yang harus kulakukan untuk melupakan dia? Aku masih begitu sayang padanya, namun, apakah dia juga begitu?” hatiku selalu bertanya-tanya. Namun tak secuil pun aku mendapat jawaban.
Hari-hariku terus berlalu.. Tanpa dia, tentu saja. Upayaku untuk melupakan dia kurang berhasil, sampai aku menemukan.. Seseorang. Sebut saja dia “A”. Dia menghiburku saat aku sedang kosong. Aku kagum dengan gayanya yang lucu dan keren. Namun, hatiku bimbang, aku harus memilih siapa? Apakah aku masih akan berharap dengannya? Atau aku berpaling darinya dan mengisi hari-hariku dengan “A”? Sungguh pilihan yang membingungkan.
Aku semakin dekat dengan “A”. Dia mengatakan kepadaku, bahwa dia mencintaiku. Masalahku semakin rumit “Aku harus jawab apa? Aku mengaguminya, tapi aku masih mencintai orang lain.. Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau memberi dia terlalu banyak harapan karena.. Aku tidak mau menyakiti hatinya yang lembut itu.. Apa aku harus jujur padanya kalau aku hanya mengaguminya namun tidak mencintainya? Tidak mungkin.. itu terlalu menyakitkan bagi dia..” Beragam pertanyaan melintas di benakku “Apa yang harus kulakukan?” itu intinya.
Aku mulai resah, ketika dia semakin sering memujiku dan mengirimkan kata-kata cintanya padaku. “Oh.. Mengapa jadi begitu rumit??”
Aku bercerita kepada sahabatku tentang masalahku saat ini. Namun, solusinya tetap ada padaku, aku harus memilih. Dan pilihanku adalah.. Aku harus terus terang padanya. Ya, itulah yang terbaik.. Daripada dia terus berharap kepadaku, itu akan lebih menyakitkan buat dia. Bagaimanapun juga, aku tidak mau menjadikan dia hanya sebagai pelampiasan saja, dia terlalu baik untuk itu. Akupun berterus terang padanya dengan berbicara langsung dengan hati-hati. Aku minta maaf karena telah memberikan dia sedikit harapan. Dan aku rasa, dia bisa menerima keadaan karena tidak bisa memaksakan perasaanku. Aku tahu perasaannya benar-benar hancur, tapi dia tetap mencoba tersenyum di depanku.
~~~
Hari demi hari berlalu, masalahku bersama dia belum selesai, aku masih belum mau bertemu dengannya. Hatiku masih sangat sakit. Suatu sore, disaat aku sedang merenung sambil memandangi hujan yang turun cukup deras, dia menelfonku. Aku tidak menyangka dia masih mau menelfonku. Dia menanyakan perasaanku, tentu saja aku menjawab, “ya, aku sedih karena akan kehilangan kamu selamanya” Lalu dia bertanya, apa yang harus dia lakukan agar aku tidak sedih lagi, aku pun menjawab, “Jaga saja pacarmu baik-baik, jangan sakiti dia seperti kamu menyakitiku” setelah kata-kata itu, aku menutup telefon karena tidak bisa menahan derai air mataku yang sudah tak tertahankan lagi. Aku tak menyangka aku akan mengatakan itu, aku membohongi perasaanku. Ya, itulah yang kulakukan, aku  menyakiti diriku sendiri demi kepentingannya.
Lusa, adalah hari ulang tahunnya. Aku berniat mengembalikan semua pemberian darinya, dan mengucapkan selamat ulang tahun yang terakhir untuknya. Namun aku harus berpikir dua kali untuk itu, bukan karena aku masih menginginkan barang-barangnya, tapi, bukankah itu akan menyakitkan bagi dia? Aku sendiri bingung, kenapa aku masih memikirkan perasaannya, sementara dia sudah tidak memikirkan perasaanku sama sekali saat memulai hubungannya dengan wanita itu. Perasaanku sedang labil sekarang. Dan aku semakin yakin bahwa Allah sedang mengujiku.
Hari ulang tahunnya pun tiba. Aku menunggunya disebuah taman tempat dulu kami senang bermain ayunan bersama. Aku duduk sambil membawa bungkusan yang berisi barang-barang yang dulu dia berikan padaku. Tak lama, dia pun datang. Ketika dia datang, aku langsung berdiri, memberikan bungkusan yang aku hias dengan pita berwarna ungu itu, sambil mengucapkan “Selamat ulang tahun dan.. Selamat tinggal.”
Itu, adalah saat terakhir aku berbicara langsung dengannya. Aku tidak pernah melihatnya lagi setelah itu, dia seakan lenyap dari hidupku hanya dalam sekejap saja..
Dan, akhirnya.. Aku bisa melupakan dirinya dan membiarkan bayangannya pergi bersama cinta yang ada dihatiku.. Akupun berjalan menuju masa depan yang telah menantiku.. Menatap langit yang luas.. Menggapai bintang-bintang yang gemerlap di malam hari.. Membiarkan semua kenanganku bersamanya tertiup oleh angin lalu.. Menikmati gambaran masa depanku diatas padang rumput yang luas.. Dan.. Melukis kisah cintaku yang baru diatas kanvas kegembiraan.. Memulai semuanya.. Dari awal.. (cc: rr)


Komentar

  1. Akhirnya gw bisa terinspriasi juga untuk melupakan doi
    Tapi gw masih sayang
    dengan ini, gw bisa percaya bahwa gw bisa lupa
    thx min

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpiku untuk Bumiku

Gara-gara Make-up