Gita’s Pudding Cake

oleh: wafa istiqomah

Aaaa..... Teriak Gita sangat keras. “Ada apa Gita, pagi-pagi begini sudah berteriak-teriak.” Tanya Bu Soni, Penjaga asrama. Ya, Gita memang sudah lama tinggal di asrama. Ibunya menyekolahkan Gita di asrama karena ingin Gita menjadi anak yang mandiri.
“Tolong Bu, ada kecoa.” Ucap Gita ketakutan. “Ya ampun Gita, ini hanya mainan.” Ucap Bu Soni sambil menekan-nekan kecoa mainan tersebut. Gita kesal sekali, ini bukan kali pertama dia dikerjai teman-temannya. Waktu baru pertama masuk, temannya menaruh cicak di kotak pensilnya. Sampai-sampai waktu itu Gita menangis karena ada ular mainan di kasurnya.
Setelah bersih-bersih, Gita dan teman-temannya menuju ke kelas. “Hari ini, kita akan belajar memasak” ucap Bu Rita menerangkan. Gita sama sekali tidak tertarik dengan pelajaran memasak. Karena, memasak itu membutuhkan kesabaran dan perhitungan yang tepat. Apalagi, dia terbiasa dimasakan pembantunya jika dirumah.
Kali ini, Bu Rita menjelaskan cara membuat Pudding cake. Mmm... Gita sangat menyukai pudding cake buatan mamanya, dia jadi kangen masakan mamanya yang sangat lezat itu. Bu Rita menjelaskan sambil mempraktekkan cara membuat Pudding cake. Gita memperhatikan teknik-teknik pembuatan pudding cake itu. Gita mencoba mengerti cara-cara yang diberikan oleh Bu Rita. Tetapi sulit sekali. Padahal, Gita ingin sekali bisa membuat Pudding cake seperti mamanya.
Setelah kelas memasak berakhir,  waktunya istirahat, dia mengobrol dengan Karina, teman sekamarnya. “Rin, kamu ngerti gak cara buat pudding cake.” Tanya Gita. “Aku ngerti dong... Emang kenapa? Tumben kamu nanya-nanya tentang masakan.” Jawab Karina. “Kamu mau gak ajarin aku?” ucap Gita. “Mmm... Kamu yakin?” tanya Karina heran. “Iya! Aku janji bakal serius.” Ucap Gita. “Oke”
Gita mulai berlatih membuat Pudding cake bersama Karina. Sebetulnya, Gita sangat bosan berlatih membuat pudding cake. Tetapi, entah kenapa dia ingin sekali bisa membuat pudding cake.
“Git, tumben kamu pengen belajar masak.” Ucap Karina sambil mengeduk pudding diatas kompor.
“Emang kenapa, aku Cuma pengen kasih hadiah yang terbaik di hari ulang tahun mamaku nanti” jawab Gita sambil menyiapkan cetakan.
“Kamu yakin? Emang kamu bisa merayakan hari ulang tahun mamamu? Kita kan di asrama Gita.” Ucap Karina.
“Lho? Bisa aja kan? Aku bisa izin kok sama Bu Soni.” Ucap Gita.
“Memangnya ulang tahun mamamu kapan sih? Kok udah buat puddingnya sekarang?” tanya Karina sambil memarut coklat.
“Mmm... Dua hari lagi... Tepatnya hari minggu.” Ucap Gita sambil membuka cherry yang baru dibelinya.
“Good luck deh!” ucap Karina.
Setelah pudding mengeras, mereka mulai menghiasnya dengan coklat dan buah-buahan. Setelah selesai menghias, mereka menaruh puddingnya dikulkas. 
Keeesokan paginya, Gita lega sekali karena telah berhasil membuat pudding cake. Ia pun ingin melihat pudding cakenya yang indah itu sebelum berangkat menuju  kelas. Aaaa..... Teriak Gita keras. “Ada apa sih Gita? setiap pagi kamu gak pernah absen teriak ya?” ucap Bu soni kesal. “ Oh My Pudding cake!!!” teriak Gita lagi.
Gita kaget sekali, melihat pudding cakenya yang sudah hancur berantakan. “Aduh Gita, ini kan bisa dibuat lagi.” Ucap Bu Soni. “Oh... Itu punya lo ya Git? Tuh tadi diacak-acak si Tina, anaknya Bu Rita.” Celetuk salah satu teman Gita. Gita sedih sekali, rasanya dia ingin menangis. Tapi tidak ada waktu untuk menangis, karena bel masuk kelas sudah berbunyi.
Gita buru-buru masuk kelas sambil mencari Karina untuk meminta tolong membantunya membuat pudding cake lagi. “Rin tolongin aku dong puddingku...”
“Ssstt... aku udah tau semuanya. Tapi maaf ya Git, aku gak bisa, tadi malem aku baru dapet kabar kalau sepupu jauhku meninggal. Jadi mau gak mau, usai sekolah nanti aku harus pulang.” Ucap Karina menyesal.
“Terus, gimana nasibnya puddingku?” ucap Gita lemas.
“Mmm... Kita kan buat pudding itu berdua, dan kamu juga udah ngerti cara buatnya, ya, mau gak mau kamu harus buat sendiri.” Ucap Karina.
“Oke, dadah... sampai ketemu lagi ya..” ucap Gita pasrah sambil melambaikan tangannya.
Gita bingung sekali, apalagi bahan-bahan untuk membuat pudding tinggal sedikit, akhirnya dia pun memutuskan membuat blackforest pudding. Karena bahan yang diperlukan lebih sedikit dan murah.
Gita mulai membuat pudding dengan perlahan namun pasti, dia mulai mengikuti langkah-langkah yang diajarkan Karina dan Bu Rita.  Setelah cukup lama, dia mulai menghias pudding blackforestnya dengan whipped cream, parutan coklat, sampai buah cherry. Setelah selesai, dia menaruhnya di dalam kotak yang bagus.
Setelah itu, dia menitipkan pudding blackforestnya kepada Bu Soni.Sekarang, Gita yakin tidak akan ada yang merusak puddingnya. Gita tinggal menunggu hari Minggu nanti. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Gita pun datang. Dia pulang menuju rumahnya naik bus kota.
Sesampainya di rumah, Gita disambut oleh adiknya, Felicia. “Feli... Mamah mana dek?” tanya Gita kepada adiknya yang berumur 4 tahun itu. “Mama ada didalem, kakak bawa kado?” tanya Felicia. “Bawa dong... tapi rahasia.” Jawab Gita berbisik.
“Mama....” ucap Gita pura-pura tidak ingat hari ulang tahun mamanya.
“Halo anak mama! Apa kabar sayang? Tumben pulang...” sambut mama yang senang sekali karena kedatangan putrinya.
“Yaiyalah mama... habisnya, Gita udah kangen sama semuanya. Aduh mah, Gita capek nih. Gita tidur dulu ya ma...” Gita pura-pura mengantuk. “Huaah... dadah mama... Gita tidur dulu ya...”
Sebenarnya, Gita, Felicia, dan papanya sudah berencana ingin berpura-pura lupa akan hari ulang tahun mamanya. Mereka ingin memberikan surprise kepada mama.
Mama bingung, kenapa tidak ada yang ingat hari ini ulang tahunnya. Akhirnya , mama menonton TV sambil membaca majalah. Tiba-tiba...
“Happy Brithday mama!!! Wish you all the best mom!” ucap Gita, Feli, dan papa berbarengan.
“Ya ampun... Makasih semuanya! Mama pikir, kalian gak bakal inget ulang tahun mama....” ucap mama senang. “Sekarang, mana kadonya!” sambung mama.
Felicia memberikan kadonya kepada mama. Mama membukanya perlahan-lahan dan... Wah! Feli memberikan sebuah gelang manik-manik buatannya sendiri! Meskipun tidak terlalu bagus, Feli tetap memamerkan gelang yang diberikan kepada mamanya. “Ini buatanku sendiri lho ma? Bagus ya?” ucapnya. “Makasih ya Feli...”
Sekarang giliran papa memberikan kadonya. Dan... isinya adalah.... Sebuah kalung berhiaskan batu zamrud ditengahnya! “Waw! Ini bagus banget, makasih ya pa...” ucap mama. “Itu dari arab ma, papa nitip waktu teman papa umrah.” Ucap papa.
“Wah... mana nih kadonya Gita?” tanya mama sambil melirik Gita yang sedang bengong. “Tara!!!” mama terkejut sekali saat membuka kadonya, yang didapati adalah kue Blackforest yang sangat indah.

“Waw kuenya kelihatan enak.. kamu beli dimana Git? Pasti mahal ya?” tanya mama kaget. “Itu bukan kue ma, itu pudding cake. Aku belinya di.... “Gita’s pudding cake” jawab Gita sambil tersenyum bangga.  “Jadi kamu buat sendiri? Wah.. mama gak nyangka kamu punya bakat terpendam...” ucap mama. “Makasih ya sayang... Makasih semuanya”
Gita senang sekali bisa membanggakan mamanya. Dia berjanji  akan terus belajar membuat berbagai macam pudding dan cake. Mamanya pun mendukung bakat Gita dan akan membukakan sebuah kios untuk anaknya berkreasi. Dan sejak saat itu, Gita tidak lagi membenci pelajaran memasak.
-Selesai-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpiku untuk Bumiku

Love Story

Gara-gara Make-up